Wednesday, November 16, 2016

Saat Lagu Berakhir

Saya akhir-akhir ini sedang menonton sebuat drama taiwan berjudul "Bromance". Dalam suatu episode, ada dikisahkan seorang gadis yang berusaha belajar membuat kopi yang serupa dengan kopi yang sering dibuat oleh mendiang ibunya. Si gadis ini terus menerus mencoba dan berulang kali menemui kegagalan, tetapi dia pantang menyerah. Seperti lazimnya drama asia, tentunya adegan ini diiringi dengan lagu yang menyentuh hati..... dan hingga ketika kita sampai diakhir lagu, akhirnya si gadis inipun berhasil membuat kopi yang diharapkan.


Buat teman-teman penggemar drama Asia, adegan seperti ini tidaklah susah ditemukan. Hampir disetiap drama paling tidak ada satu adegan dimana si pemain berhadapan dengan suatu tantangan yang berat. Dan biasanya, tidak peduli entah masa waktu yang digambarkan itu sehari semalam, atau selama waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, biasanya pada saat lagu yang dimainkan berakhir, maka berakhir sudah perjuangan dia dan hampir selalu diakhiri dengan keberhasilan.

Sayangnya, kehidupan nyata tidaklah demikian. Terutama saat kita mengalami masalah yang terlihat jauh lebih besar dari yang pernah kita hadapi, kita akan mulai bertanya-tanya dan meragukan langkah kita.
Apakah kita akan berhasil?
Apakah akibatnya bila kita gagal?
Apakah keputusan untuk melangkah diawal adalah keputusan yang salah?
Langkah bijaksana apakah yang bisa saya ambil untuk menyelesaikan masalah ini? Haruskah kita maju terus?
Apakah menyerah pada saat ini merupakan suatu langkah yang tepat?


Saat seperti inilah kita akan bertanya, apakah yang terjadi saat lagu berakhir?
Saat deadline tiba dan pekerjaan tidak selesai... apakah yang akan terjadi?
Saat omzet tidak memenuhi untuk membayar gaji karyawan.. apakah yang harus kita lakukan?
Saat kerja non-stop hingga mengorbankan waktu tidur pun tetap tidak dapat mencapai target yang diberikan... yang terbaik seperti apa lagi yang bisa kita lakukan?
Apakah yang terjadi saat lagu berakhir... ketika hidup ini bukan sebuah cerita??

Tetapi taukah kawanku... hidup kita adalah sebuah cerita... hidup kita adalah cerita kesaksian kita, dan saat kita hidup bersama Tuhan, Dia adalah sutradara kita.

 Bila membandingkan lagu hidup kita dengan Mazmur Daud, sungguh menarik untuk mempelajari pergumulan-pergumulan Daud melalui lagu-lagu yang dia tulis - terutama lagu yang menggambarkan jeritan hati Daud saat meminta tolong. Semua lagu-lagu tersebut diakhiri dengan pujian dan syukur atas kebaikan Tuhan. Walaupun bagi kita yang sudah mengetahui cerita kehidupan Daud mungkin mengganggap hal ini sebagai hal yang biasa, tapi sadarkah kita bahwa saat Daud menulis lagu/doa tersebut, dia masih berada dalam kesulitan? Saya percaya Daud menulis lagu tersebut sebagai doa yang utuh. Dia tidak berhenti menunggu "sukses/aman" sebelum kemudian melanjutkan menulis bagian akhir lagu itu. Justru, dalam kesesakan dan dalam keputusasaanlah Daud melihat kedepan dengan iman dan berkata, "aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya..." (Mazmur 52:9)

Bagaimanakah dengan kita? Haruskah kita menunggu "sukses" sebelum berkata, "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut" (Mazmur 56:11)?